By. Djafar Badjeber
JAKARTA , – Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Dan setiap manusia pasti punya Hati Nurani. Tetapi ada Hati Nurani yang sehat, mulia, tulus dan ikhlas. Akan tetapi ada Hati nurani yang sakit, beku dan bahkan mati.
Sekalipun orang itu beragama bahkan berpendidikan kadang Hati Nurani tidak menjadi pertimbangan.
Hal itu bisa kita lihat dan rasakan dalam kehidupan keseharian.
>> Update COVID-19 Muba: Bertambah 11 Kasus Positif
Ada orang baik dan ada orang yang perangai serta kelakuannya melampaui batas. Sering merugikan dan menzolimi orang lain, entah sadar atau tidak.
Setelah mencermati dan seiring perjalanan waktu, Ketua Umum DPP Partai Hanura, DR. H. Oesman Sapta mengajak diskusi saya dan kawan-kawan, untuk menghidupkan ruh Partai Hanura sesuai namanya. Tentu ide dan gagasan pak Ketum ini sangat cemerlang.
Sebab, ada hal penting dibalik nama Hati Nurani. Makanya dibuatlah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di tahun 2020, salah satu keputusannya tentang Flatform Ideologi Politik Partai Hanura. Agar mudah diidentifikasi, dikenali serta menjadi jatidiri.
>> Bersama Mapi, Satgas Saber Pungli Jabar Ikuti Seminar Anti Pungli di Kota Tegal
Maksudnya agar nama yang bagus ini (Hati Nurani) menjadi sebuah ideologi. Kita sadar bahwa ideologi itu abstrak, akan tetapi bisa dieksplor, ditanamkan sehingga menjadi ciri khas, warna, sikap, tindakan , kebijakan, semangat dan motivasi, seluruh stakeholder Partai Hanura dimana berada.
Keseragaman prilaku dan tindak tanduk organisasi dibutuhkan agar menjadi pedoman dalam managemen partai. Bila ia sudah seragam dengan landasan Hati Nurani, maka ia akan tumbuh subur dan menjadi kebiasaan. Sekaligus menjadi rem manakala berpotensi menyimpang.
Biar bagaimanapun kita butuh warna Partai, yaitu warna Hati Nurani. Andai saja semua elemen Partai Hanura melaksanakan dengan sungguh-sungguh serta konsisten, niscaya masyarakat luas akan menaruh hati dan bersimpati kepada Partai Hanura.
>> Kedubes AS Keluarkan Peringatan Dini, IPW Desak Polri Bersihkan Sarang Teroris
Kebesaran partai senantiasa berkat partisipasi rakyat. Bila rakyat diberi ruang dan tempat, maka akan menimbulkan kepercayaan (trust).
Jangan sekali-kali kita terkesan sok kuasa dan arogan. Partai ini milik rakyat, merekalah pemegang saham. Kita ini hanya pengelola, semacam direksi dan komisaris di BUMN. Olehnya amanat rakyat harus kita jaga. Untuk itu, mulailah dari dalam dan seterusnya dijalankan ditengah masyarakat.
Sejak berdirinya Partai Hanura belum selesai dan tuntas mensosialisasikan makna Hati Nurani yang menjadi trade mark kita. Makanya mau “dihidupkan” dan dijalankan disemua tingkatan. Sesuai niat semula.
>> Bikin Gaduh, IPW Desak Kapolda Sumut Bertindak Tegas
Orang Indonesia itu perasa, nuraninya sering bicara dan sensitif. Kadang aspirasinya disampaikan spontan, tapi ada juga yang diam sambil mengamati tindakan kita.
Mengingat karakteristik orang Indonesia seperti itu, maka dengarkan suara mereka, bicaralah dari hati ke hati dan transparan.
Saya yakin sekali, bila semua elemen Partai Hanura mengedepankan dan menggunakan Hati Nurani, maka hal itu akan menjadi jembatan kemenangan kita. Sebab tumbuh rasa percaya rakyat kepada Partai.
Ingat hasil dari berbagai survei tingkat kepercayaan kepada parpol dan politisi kurang menggembirakan. Bahkan agak negatif. Ini PR kita bersama bagaimana stigma negatif menjadi positif. Yang bisa merubah stigma negatif itu adalah Partai Hati Nurani.
Untuk menumbuhkan rasa percaya itu, gunakan Hati Nurani dalam sikap, tindak tanduk, ketauladan dan contoh yang baik.
Bila standarnya bukan Hati Nurani, jembatan itu sulit kita lewati!!
Ayo mulai, mulai dan mulai dari dirimu !!
Penulis,
Waketum Bidang Ideologi dan Politik DPP Partai Hanura
This website uses cookies.