JAKARTA , – Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan Jajaran Polda Metro Jaya patut diberi apresiasi karena sudah berhasil menangkap dua pelaku begal yang menyebabkan seorang perwira marinir Kolonel (Mar) Pangestu Widiatmoko mengalami luka-luka, saat bersepeda di kawasan Gambir akhir Oktober lalu.
“Penangkapan itu didasarkan dari identifikasi rekaman CCTV yang telah didapat polisi. Kedua begal itu berinisial RHS (32) dan RY (39) yang merupakan warga Senen. Begitu peristiwa itu terjadi Polda Metro Jaya langsung melakukan pelacakan dan mendapat identitas pelaku pembegalan dan kemudian menangkapnya,” ujar Neta S Pane melalui keterangan tertulis, Sabtu (7/11/2020).
Indonesia Police Watch (IPW) menilai aksi begal menjadi trend di Indonesia, terutama di wilayah hukum Polda metro Jaya sejak lima tahun terakhir. Ada tiga jenis begal di Jabodetabek. Yakni begal sepeda motor, begal payudara, dan begal sepeda, ujarnyanya.
Menurut Neta ketiga begal ini punya karakter masing masing. Begal sepeda motor pelakunya cenderung membawa senjata tajam dan tujuannya mengambil sepeda motor korban.
Lalu begal payudara korbannya adalah wanita dan pelakunya orang iseng. Sedangkan begal sepeda pelaku umumnya hanya mengambil tas korban dengan cara menjambret hingga korban tersungkur di jalanan, katanya.
“Tren begal sepeda ini baru muncul setelah tren bersepeda berkembang di masyarakat. Kebetulan saat bersepeda orang orang cenderung menyelempangkan tasnya ke belakang dan ini menjadi peluang bagi pelaku kejahatan, dengan menggunakan sepeda motor pelaku menjambret tas korban hingga korban jatuh terpental ke jalanan,” kata Neta.
Dalam beraksi pelaku tidak mengenal tempat. Semua digasak. Di kawasan Ring 1 begal sepeda juga beraksi. Melihat makin ganasnya tren begal sepeda ini, sudah saatnya para pesepeda lebih waspada. Yakni jangan bersepeda sendirian di kawasan sepi dan jangan meletakkan tas di belakang tubuh, ujarnya.
“Antisipasi harus lebih dulu dilakukan masyarakat pesepeda, agar mereka tidak menjadi korban kebrutalan pelaku begal sepeda,” kata Neta.
Hanya saja, dengan makin maraknya aksi begal sepeda polisi perlu memetakan wilayah rawan begal sepeda, untuk kemudian menempatkan aparaturnya di titik-titik rawan tersebut.
Selain itu polri juga perlu mengintensifkan patroli pada momen-momen pesepeda muncul, seperti di hari Sabtu dan Minggu. Gerak cepat masyarakat dan polisi diperlukan agar para pelaku begal tidak merasa mendapat angin untuk bebas beraksi. Sebab aksi begal sepeda ini tidak hanya menguasai harta benda korban tapi juga membuat korban celaka karena terjatuh dari sepeda.
“Dengan ditangkapnya begal di kawasan Ring 1 itu polisi bisa bekerja cepat dalam memburu dan menangkap pelaku di tempat lain, untuk kemudian mempublikasikannya ke publik. Tujuannya agar aksi begal sepeda ini bisa diminimalisir,” pungkas Neta.
(Red)